Tuturan atau teks verbal yang ada di masyarakat bahasa, bisa diproduksi atau diekspresikan (encoded) oleh seorang penutur kepada seorang petutur, yang kita bisa sebut sebagai idio-teks atau teks personal, yang memiliki makna personal, dan jika diinteraksikan, akan terjadi makna interpersonal. Bisa juga tuturan atau teks verbal tertentu diproduksi atau diekspresikan oleh sekelompok penutur atau komunitas tertentu kepada khalayak ramai sebagai komunitas petutur secara luas, yang kita bisa sebut sebagai ideo-teks atau atau teks komunal, yang memiliki makna ideologis, dan jika diinteraksikan akan berkembang luas dan dipercaya masyarakat penutur sebagai ideologi komunitas atau kelompok: komunitas politik, komunitas dagang, komunitas olah raga, komunitas minat atau hobi, dan lain-lain. Ideologi komunitas yang sangat berkembang luas dan berpengaruh kepada masyarakat penutur, meski pun ideologi tersebut salah, atau sengaja dibuat salah untuk maksud atau intensi tertentu, inilah yang disebut dengan istilah mitos. Kita memang tidak sadar hidup dengan mitos yang ada di sekitar kita. Tuturan atau teks verbal yang ada di masyarakat luas, yang diproduksi atau diekspresikan secara terus menerus, turun temurun, secara tradisional (dari generasi ke generasi) inilah yang mungkin kita sebut sebagai tradisi lisan.
Sebuah tuturan atau teks verbal atau tradisi lisan ini adalah sebuah teks sosial verbal atau kita bisa sebut dengan istilah sosio-teks verbal. Sosio-teks verbal ada di mana-mana, dalam berbagai masyarakat yang berbeda-beda, namun intinya sama. Sebuah sosio-teks verbal atau tradisi lisan juga memiliki makna ideologis tertentu, bahkan mungkin sudah menjadi mitos (ideologi yang salah kaprah), namun masyarakat kita tidak menyadarinya. Sosio-teks verbal atau tradisi lisan yang ada di masyarakat Jawa, bisa dianggap memiliki makna luhur yang berupa ajaran moral, kata bijak, dan filosofi hidup (Amin, 2018). Penulis telah memilih dan mencoba menganalisis beberapa tradisi lisan (sosio-teks verbal) dari hasil pemikiran seorang pakar bahasa Jawa bernama Muh. Amin (2018), secara metapragmatik, dan mengajukan hasil interpretasinya berupa beberapa ideologi yang secara metapragmatik berpengaruh pada perikehidupan dan perilaku masyarakat penutur bahasa Jawa.
or Click this for direct download the file